Yuk, saya lanjutkan sharingnya yah.
Saya sebenarnya tidak memiliki rencana untuk membuat anak cepat-cepat membaca. Saya tahu, proses bisa membaca itu tidak bisa dipaksakan. Saya menunggu anak memang memiliki ketertarikan. Ketika menjadi guru TK, pekerjaan saya salah satunya mencari buku untuk keperluan lesson plan dan tugas anak-anak. Saya melihat di Singapura ini, perpustakaan adalah salah satu hal yang luar biasa. Hampir disetiap di setiap kelurahan mungkin ya istilahnya atau bagian wilayah, pasti ada perpustakaan. Tentu saja saya terpana, karena saya memang membandingkannya dengan perpustakaan yang ada di negara sebelah sana. Sudahlah nyaman, buku pun beragam dan lengkap dari anak-anak sampai orang dewasa.
Jadilah ketika saya mulai hamil, bermain ke perpustakaan adalah kebutuhan. Kalau saya ingat-ingat lagi, dari hamil sampai kemudian melahirkan anak pertama, buku-buku memang sudah menjadi bagian dari lingkungan di rumah. Istilahnya, di kamar tidur ada, di ruang tamu juga ada. Ketika bayi mulai merespon ketika mendengar suara ayah ibunya, maka itulah waktu yang tepat untuk mulai membacakan buku. Ada hadiah dari seorang kawan, sebuah buku yang lembut, yang kaya dengan pengalaman sensori untuk anak. Ya suara kresek-kresek, ya jenis material yang berbeda, juga warna buku yang tidak terlalu banyak.
Saya mendapatkan pemahaman bahwa ini semua adalah bagian awal dari mengajarkan anak membaca buku, Ya, ternyata bagi saya, belajar membaca pada anak berawal dari tahapan yang disebut sebagai tahapan pra-membaca.
Baca juga tulisan sebelumnya ya.
TAHAP PRA - MEMBACA
Apa itu, tahapan pra membaca?
Mungkin jawabannya bisa berbeda-beda ya. Namun bagi saya, kegiatan pada tahapan pra-membaca berkaitan dengan segala pengalaman sensori anak.