Lower Peirce Nature Walking Trail Menjelajah Alam nan Child-Friendly di Singapura

Maret 02, 2021

Menjelajah alam sepertinya sudah menjadi salah satu kegiatan rutin keluarga kami. Di Singapura, ada beberapa lokasi nature walking trail yang layak dicoba. Selain mencari lokasi yang ramah anak, kegiatan berpetualangan ini menjadi satu momen mendekatkan hubungan keluarga.




Awal pertama

Kali ini adalah sebuah hutan yang terletak di bagian tengah Singapura. Tidak terlalu besar sebenarnya, tapi sepertinya akan selalu saya ingat sebagai salah satu tempat penting keluarga kami.

Saya ingat, pertama kali menginjakkan kaki di hutan ini ketika saya sedang hamil anak kedua. Kami datang sekeluarga. Anak pertama saya berusia 3 tahun, dan usia kandungan saya ketika itu adalah 9 bulan. Ya, 36 minggu. Saya memang sedang menunggu hari-hari melahirkan ketika itu. Dan hutan ini menjadi destinasi akhir ketika saya berjalan kaki sejauh hampir 10 km bersama kelompok birthwalk kami. 


Ikhtiar kami untuk tetap fit selama kehamilan membawa kami untuk mengeksplorasi hutan kecil ini. Lower Peirce Nature  Walking Trail, namanya. Dua minggu setelah itu, lahirlah anak kedua saya dalam keadaan sehat wal'afiat. Alhamdulillah.


BERKUNJUNG KEMBALI

Dan hari ini, kami kembali lagi, setelah anak kedua saya berusia 3 tahun. 

Lokasinya ada di sepanjang Old Upper Thomson Road. Berdampingan dengan Sembawang Hill Food Court, maka jalan masuk ke dalam hutan sudah terlihat tidak jauh dari situ.

Casuarina Entrance, namanya. 


Kami sampai ke hutan ini sekitar pukul 8 pagi waktu Singapura. Masuk ke dalam hutan ini, atmosfer lembab dan sunyi langsung terasa. Namun, udara segar yang kami hirup langsung memenuhi paru-paru. Bahagia menyeruak seketika.

Walau letaknya bersebelahan dengan jalan besar dan perumahan, namun sepertinya pemerintah Singapura tetap menjaga ekosistem alam ini sealami mungkin. Pohon-pohon besar menjulang dan berbagai macam tanaman dapat ditemukan disini.

Semakin kami masuk, semakin gelap. Karena pepohonan yang lebat dan tinggi menjulang, sinar matahari pun susah masuk. Tidak sedikit kami berpapasan dengan orang-orang lain yang berlalu-lalang. Tampaknya, waktu akhir pekan adalah pilihan yang tepat untuk berjalan-jalan ke tempat ini. Oya, karena pandemi ini, orang-orang di Singapura tetap menggunakan masker dan berusaha menjaga jarak meskipun masuk hutan. Juga, karena ada beberapa area yang hanya cukup untuk berjalan satu arah, maka kalau berpapasan dengan orang lain, salah satu harus menunggu. Namun, yang menyenangkan di hutan ini adalah jalan yang disediakan sangat child-friendly. Sungguh, saya bahagia melihat kedua anak kami sangat menikmati berlari-lari di hutan. 

Tangga-tangga dari kayu yang sudah menghitam karena lembab justru terlihat alami dan menyatu dengan alam. Tidak terlalu tinggi, sekitar 1- 5 anak tangga dan lebar-lebar jaraknya. 


Tidak hanya itu, kalau mau lebih detail lagi, banyak hewan-hewan unik yang tentu jarang ya ditemukan di kawasan tempat tinggal. Jalan-jalan ke alam seperti ini selalu membantu saya menanamkan arti kebesaran Allah SWT. Selain membuat anak-anak terpesona akan kehebatan Sang Pencipta, juga membuat anak-anak semakin tertarik untuk bermain di alam. Karena selalu ada hal-hal baru yang mereka temukan.


Oya,tidak semua hewan ditemukan sih sebenarnya. Karena selain ukuran hewan yang kecil, tentu saja tidak semudah itu kami menemukan lokasi persembunyian mereka.



Namun, papan-papan informasi dengan mudah ditemukan di dalam hutan. Ya, sepertinya sangat disadari, bahwa selain tempat untuk refreshing, tempat jalan-jalan seperti ini adalah salah satu sumber informasi. Bisa sekalian menjadi tempat menambah pengetahuan keluarga. Tidak hanya tentang hewan, namun juga jenis serangga, juga nama tanaman. 



Begitu masuk ke dalam, ada dua jalur yang bisa dipilih ketika ingin mengeksplorasi hutan ini. Yaitu Bamboo Trail dan Oncospermum Trail. Sebenarnya, jalur di hutan ini tidak lebih dari 1 km. Tidak terlalu besar memang, namun dengan memilih jalur, berarti ada jalur yang berbeda. Dari segi naik turun tangganya, atau hanya mau memilih jalur yang lurus dan rata. Dan tentu saja, Anda sudah tau kan jalur mana yang kami pilih ?   




Kami biarkan anak-anak memilih rute mana yang mereka mau. Sambil bernyanyi dan berlari-lari kecil, badan mereka bebas bereksplorasi. Mata mereka bebas melihat dan biarkan pengalaman ini mengisi memori mereka.


Senang rasanya melihat anak-anak tidak ada yang minta digendong. Berlari-larian kesana dan kemari. Banyak berhenti? Tentu saja. Memegang ini dan itu. Bertanya itu dan ini. Tidak hanya itu, kejutan lain menghadang ketika kami berjalan di hutan.




Melihat monyet yang dilepas bebas seperti ini membuat anak-anak tertawa lepas dan bahagia. Ya, bukan rahasia umum sebenarnya monyet dilepas di hutan seperti ini. Namun, ada beberapa pengingat dari pengelola hutan untuk sama sekali tidak memberikan makanan kepada monyet ini meskipun dilepas bebas. Selain mereka akan menjadi agresif, dalam sekejap, kawan-kawan monyet yang lain juga akan mendatangi kita. 





Selain menambah pengetahuan dan mendekatkan ikatan keluarga, bermain di hutan bagi saya dan anak-anak merupakan alternatif kegiatan yang kaya akan kesempatan untuk mengasah sensori. Saya merasa usia anak-anak balita terutama masih sangat memerlukan kegiatan-kegiatan yang mengasah indera mereka. Indera pendengaran dilatih dari suara hewan yang mengagetkan sampai lirihnya suara angin. Aroma khas hutan juga tentu saja menambah khasanah jenis bau yang mereka miliki. Penglihatan mereka pun tak terbatas. Kadang melihat objek yang kecil, namun juga objek yang jauh. Sangat baik untuk kesehatan bola mata kita, bukan ?

Tidak hanya itu, akhir dari nature walking trail ini adalah ketika kita disuguhi pemandangan menyejukkan. Dari awalnya yang masuk hutan adalah gelap, lembab namun segar, ketika kita sampai ujung hutan dan keluar, maka pemandangan sebuah danau besar menyapa. 

Lower Peirce Nature Walking Trail ini bersebelahan dengan Lower Pierce Nature Reservoir. Salah satu tempat penampungan air terbesar di Singapura. Kapan-kapan mungkin saya akan cerita tentang pengelolaan air di Singapura, ya.





Tidak terasa hampir 2 jam lamanya kami berada disini. Walaupun tidak terlalu lama, namun rasanya cukup. Bersyukur. Terisi kebutuhan jiwa kami.




Namun, tentu saja, panggilan yang lain tak tertahankan. Ya, perut ini minta diisi kembali. Oya, sebagai informasi tambahan, di Singapura ini, “warung makan” yang ada dimana-mana adalah Kedai Prata. Ibarat warung soto kalau di Indonesia. Nah, salah satunya yang ngetop adalah kedai prata dekat hutan Lower Pierce ini. Kedai Prata Halal bertajuk “Casuarina Curry” ini menjadi pilihan kami ketika kami mengakhiri perjalanan kami. Anak-anak pun tidak pernah menolak diberi prata. Namun yang harus diingat, kedai ini termasuk kedai populer dan ramai. Kami sempat menunggu untuk mendapat tempat. Belum lagi karena pandemi, tidak semua tempat duduk bisa dipakai, karena antar pelanggan kami harus berjarak. 


Oya, tips lain yang bisa saya berikan ketika menjelajah hutan ini adalah:

  1. Tetap membawa mosquito repellent ya. Tidak semua orang tahan akan gangguan nyamuk. 

  2. Jangan lupa membawa botol air. Seandainya habis, ada juga tempat mengisi air minum yang ada di Lower Peirce Reservoir. Lokasinya berdekatan dengan toilet.

  3. Kalau Anda membawa anak kecil, pertimbangkan stroller yang Anda bawa. Karena medannya tidak selalu rata alias ada tangga, sebisa mungkin, stroller-nya ringan, mudah dilipat dan dibawa. Namun, kalau lebih nyaman dengan gendongan, maka akan lebih baik. 


Selesai sudah kegiatan outdoor keluarga kami hari ini. Setelah ini, semoga kami bisa menjelajah nature trail yang lain di Singapura ini. Semoga kedekatan dengan alam ini membawa hikmah. Semoga kedekatan ini selalu menciptakan kolaborasi yang baik. Alam kadang mengajarkan kita, untuk selalu menghargai diri sendiri. Kembali mendengarkan isi hati, siapa sesungguhnya diri ini. 




                          


You Might Also Like

3 komentar

  1. Membaca nya aja dah bikin seger, apalagi mengalami langsung. Di Indonesia sendiri udah mulai di kampanyekan ruang terbuka hijau dr bbrp tahun lalu. Tapi kayanya belum teedengar gaungnya ya. Hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haloo mba Diah. Iya sebenarnya di Indonesia malah lebih banyak peluang yaa. Lebih banyak yang alami. Insyaallah sooon.

      Hapus
  2. MasyaAllah Mbak, mupengnya liburan jelajah alam ke belahan negara lain. Menantang juga ya Mbak, sambil bawa anak

    BalasHapus