Ramadhan Sebagai Sarana Meningkatkan Executive Function Pada Anak

April 14, 2021




Hai, bagaimana puasa Ramadhan tahun ini teman-teman?

Memang baru memasuki hari ketiga ya, tapi semoga semangat selalu terjaga sampai akhir. Amin.. .

Oya, apakah ada anak teman-teman yang mulai berpuasa?

Buat saya pribadi, tahun ini pengalaman baru membersamai anak sulung saya puasa. Sekaligus tahun ini adalah tahun pertamanya menjadi anak SD. Lumayan menantang, karena secara jam sekolah, durasinya tentu jauh lebih panjang dari tahun lalu, ketika dia masih TK. Jadi, yang biasanya ketika TK hanya 3 jam, begitu SD hampir 7 jam dia berada di sekolah.Oya, di Singapura, sudah sejak tahun lalu sekolah mulai dibuka normal. Namun, sama dengan negara lain, kondisi pandemi ini membuat kami tetap harus menjalankan protokol kesehatan dimana-mana. Pemakaian masker dan menjalankan kegiatan dalam grup besar tetap diatur dengan baik. 

Dan, anak sulung mengemukakan keinginannya untuk berpuasa. Saya sebagai Ibu tentu saja mendukung sambil mengamati dan mendoakan, ya.  Semoga Allah beri kemudahan dalam menjalankan ibadah puasa di tahun ini. Nah, ada hal yang sebenarnya ingin saya bagi juga nih, yang berkaitan dengan mengajak anak berpuasa. Jadi ceritanya, saya melihat banyak teman-teman saya mengajak anak berpuasa. Namun umurnya bervariasi, ada yang 5 tahun ada yang baru 7 tahun. Ada yang nanti-nanti saja. Yang ingin saya bahas bukan umurnya, tapi apa ya, yang bisa didapatkan anak ketika belajar berpuasa sejak dini ? 

Tentu saja, saya bukan ahli parenting, tapi saya suka mempelajarinya aja, hehe. Karena menarik, dan bukan dalam semalam kan, kita bisa menguasai materi parenting. Yang ada seumur hidup kita harus belajar karena anak akan selalu bertumbuh. 

Kali ini adalah tentang Executive Function (EF) atau fungsi eksekutif pada anak. 

Ketertarikan saya tentang istilah Executive Function berawal ketika saya sedang melihat sebuah video dari salah seorang pakar perkembangan anak. Waktu itu beliau secara singkat mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan Executive Function (EF) pada anak adalah dengan memiliki hewan peliharaan di rumah. Menurutnya, dengan memelihara hewan di rumah, anak terlatih menjadi terorganisir secara kognitif, sosial dan emosional. Dan ini semua kalau dilatih dengan baik akan menjadikan anak lebih mandiri dan memiliki self-control yang baik. Karena memelihara hewan berarti juga berusaha memahami kondisi pihak lain dan harus menahan diri untuk tidak selalu mengikuti ego diri. Hm... sekilas sepertinya menarik ya.

Lalu apa hubungannya dengan Ramadhan ya ? 

Nah, sebelum jauh melangkah, yuk kita lihat dulu, apa itu sebenarnya Executive Function atau Fungsi Eksekutif itu ya. 


Apa itu  Executive Function (EF) ?

Menurut artikel dari Peg Dawson Ed, D Executive Function yang kita sebut juga fungsi eksekutif secara umum adalah kemampuan kognitif untuk mengontrol dan mengatur apa yang kita lakukan sehari-hari. Sejauh ini, kemampuan fungsi eksekutif ini meliputi kemampuan menginisiasi, merencanakan dan menyusun, menentukan tujuan, memecahkan masalah, mengatur emosi dan mengatur perilaku. Namanya juga fungsi eksekutif ya, jadi jelas sekali berkaitan dengan hal-hal super penting dalam hidup seseorang. 

Ada juga yang mengatakan bahwa Executive Function berkaitan dengan kemampuan otak/ intelegensi tiap individu untuk mengatur prioritas apa yang harus dilakukan agar berfungsi baik secara sosial juga. Atau dengan kata lain sistem manajemen pada otak. 

Lalu mengapa EF ini menjadi penting ya?

Sepanjang dari yang saya baca, karena ketika nanti sudah menjelang dewasa, seseorang yang memiliki EF yang baik akan menjadi lebih mudah bekerja sama dengan orang lain dan mencapai tujuan yang baik, baik itu untuk dirinya maupun organisasi/tempat dia bekerja. Juga, EF ini berkaitan dengan kontrol diri seseorang ketika dia akan berhadapan dengan hal-hal yang mungkin tidak seharusnya dilakukan. Bagaimana dia menahan diri ketika dia berinteraksi di kehidupan sosialnya. 

Nah, secara umum, ada tiga fungsi eksekutif yang ada pada diri seseorang

1. working memory atau kemampuan mengingat

2. inhibitory control atau kontrol diri

3. flexible thinking  atau fleksibel dalam berpikir

Ada sebuah eksperimen menarik dari para psikolog yang menggambarkan bagaimana EF ini bekerja pada tiap-tiap anak. Namanya Marshmallow Test. Intinya, pada eksperimen tersebut ada 3 anak yang berbeda memberikan respon yang unik sesuai kepribadian mereka masing-masing. Secara singkat, anak duduk disebuah kursi dan mereka diberi marshmallow. 

Dihadapan mereka ada bel, piring A satu buah dan piring B dua buah marshmallow. Kamu boleh mengambil marshmallow dengan syarat; kamu boleh mengambil dua buah marshmallow, tetapi tunggu saya kembali ke ruangan ini, kata orang dewasa tersebut. Tapi, kalau kamu sudah tidak tahan, kamu boleh membunyikan bel ini, saya akan kembali, tetapi hanya satu marshmallow yang boleh kamu makan. 

Unik karena hasilnya bervariasi. Perbedaan individu terlihat jelas. Tapi disitu terlihat ada anak yang bisa menahan karena dia tahu ada cara main dan dia memang menginginkan dua marshmallow. Ada yang tahu, namun langsung saja memakan kedua buah marshmallow. Dan ada yang hanya diam saja, tetapi terlihat dari tangannya betapa ia ingin mengambil dan dalam waktu yang sama juga berusaha menahan. Semua anak yang ada dalam eksperimen tersebut berumur sekitar 5 tahun. 

Saya tersenyum-senyum sendiri melihat hasil eksperimen tersebut. Menarik juga ya, mengapa dalam rentang umur yang tidak jauh berbeda, ada anak yang bisa menahan, tapi ada juga ada anak yang istilahnya "hajar ajah", ambil dan makan.  Namun, dari situ saya jadi tambah sadar bahwa anak sebenarnya sudah tahu konsep "menahan diri". Jadi, kalau sudah kenal, maka bisa saja dilatih.

Ketika seseorang sudah berhasil menahan diri, ia tidak akan bereaksi secara impulsif secara terus menerus. Anak bisa diam, berhenti sesaat untuk memikirkan langkah yang akan diambil. Dalam kehidupan kelak, ini erat kaitannya dengan merencanakan sesuatu juga mengevaluasi yang telah terjadi. 

Maka kalau kembali kepada ketiga fungsi eksekutif di atas, ternyata semua berkaitan. Ketiga EF ini bisa dilatih sejak dini, karena ketika dewasa nanti akan sangat berguna. Penguasaan skill executive function sangat berkaitan dengan cara mereka menata hidup, mengelola diri secara sadar, bekerja sama dengan pihak-pihak lain yang beraneka ragam juga memecahkan tantangan. Dan demikian pula sebaliknya, ketiadaan penguasaan skill EF ini bisa menimbulkan beragam masalah bagi hidup seseorang nanti ketika ia dewasa. Wallahua'lam.


Ramadhan sebagai sarana melatih Executive Function

Nah, semakin saya membaca tentang EF ini, semakin saya merasa, bulan Ramadhan, ketika umat muslim dianjurkan berpuasa adalah salah satu sarana yang bisa digunakan untuk meningkatkan EF seorang anak. 

Karena dibulan ini, ketika anak belajar berpuasa, jauh sebelum masuk bulan Ramadhan tiba, kita mulai mengenalkan aturan-aturan tentang puasa, rukun puasa, niat berpuasa dan doá berbuka puasa. Disini salah satu fungsi eksekutif yang bekerja adalah working memory pada anak. Dari umur 5 tahun misalnya, anak belajar mengenal kata sahur, berbuka puasa, mulai menghafalkan niat berpuasa. Belum sempurna tentu, tapi dengan mendengarnya berulang-ulang, membuat anak mulai memasukkan kata-kata tersebut dalam memori-nya. Semakin kita berusaha menciptakan kenangan atau atmosfer yang berkesan baik tentang Ramadhan, anak semakin menyimpannya pula dalam ingatan mereka.

Baca juga tulisan ini.

Lalu apalagi ya

Fungsi eksekutif yang lain adalah self control atau kontrol diri. Jelas sekali anak belajar menahan keinginan untuk makan atau minum. Tentu kita semua percaya, bahwa menahan keinginan adalah suatu skill yang tidak mudah untuk dilatih. Apalagi pada anak-anak. Menahan makanan yang disukai, menahan es krim favorit mereka bahkan menutup mata dari makan permen kesukaan mereka. Menantang ? Sangat. 

Lalu mengapa Ramadhan bisa membuat anak-anak menahan ya ? Selain memang ada kekuatan dari Yang Maha Kuasa, anak-anak perlahan-lahan mulai mengingat bahwa dalam berpuasa ada aturan main yang harus ditaati. Lihatlah, bagaimana working memory berkaitan dengan self control yang ada. Karena anak mulai mengingat aturan main dalam berpuasa, maka anak berusaha mengontrol diri mereka. Tentu saja, sebagai muslim kita percaya bahwa menjalankan ibadah puasa adalah bagian dari diri kita untuk taat kepada Allah SWT. Selain kita berusaha menanamkan kecintaan pada Sang Maha Pencipta, tentu kita juga berikhtiar bagaimana agar transisi ini berjalan lancar. Kita berpuasa, karena kecintaan kita kepadaNya yang telah memberikan anugerah kehidupan bagi kita. Tentu saja, kadang kita menyelipkan reward sebagai bentuk apresiasi kita pada anak. Namun, itu bukan tujuan utama. 

Lalu....kalau laper banget bagaimana ya?

Saya juga pernah memikirkan ini, Maka, satu lagi fungsi eksektutif yang bekerja adalah fleksibel thinking atau fleksibel dalam berpikir. Dulu saya pikir, harus segera dialihkan agar anak tidak memikirkan makanan dan lapar pun hilang. Tentu saja itu tidak serta merta terjadi. Ada proses yang terjadi disitu. Dari anak benar-benar tidak mampu menahan lapar, sampai pelan-pelan belajar menahan lapar dan emosi, hingga ia bisa betul-betul menahan sampai adzan Maghrib tiba.

Ternyata pengalihan kegiatan yang kita lakukan untuk anak adalah bagian dari fleksibel dalam berpikir yang merupakan bagian dari EF pada anak. Saya mulai paham, ketika anak belajar untuk mengalihkan perhatian dari perut, maka anak harus dibantu untuk memikirkan hal yang lain. Anak harus diarahkan oleh orang dewasa untuk memikirkan alternatif kegiatan lain, agar tidak terpaku pada suatu hal saja. Tentu dalam kehidupan di masa yang akan datang, fleksibel dalam berpikir ini berguna sekali dalam hal-hal yang menuntut problem solving

MasyaAllah.  Allah Maha Besar ya.... bahkan ketika Ramadhan sudah mengajarkan banyak hal kepada kita, saya masih saja menemukan insight baru tentang Ramadhan ini.

Ketika saya menuliskan ini, saya pun merefleksikan apa yang sedang kita latih untuk anak ini. Saya bukan lantas setuju kita harus terburu-buru mengajarkan tentang puasa ini. Saya juga percaya setiap anak memiliki masanya sendiri-sendiri untuk menguasai ilmu berpuasa. Tapi saya percaya akan proses yang terjadi di bulan Ramadhan ini. Belajar menahan diri berarti meningkatkan kualitas pribadi kita sebagai manusia. Bahwa Allah lagi-lagi mengajarkan hambaNya agar bisa menjadi pribadi yang tangguh kelak, melalui cara yang tidak biasa. 

Jadi, semoga kita tidak ragu lagi ya membersamai anak berpuasa sejak dini. Karena manfaatnya, insyaallah kembali kepada kita masing-masing. Insyaallah. 



Salam, 

A. N. Y

You Might Also Like

0 komentar