Belajar Parenting dari Endgame - Pak Gita Wirjawan

Oktober 10, 2021

 

Belajar Parenting dari Endgame-nya Pak Gita Wirjawan



Assalaamualaikum wr wb.

Halo teman-teman semua!

Siapapun tahu, perkembangan digital di zaman ini sudah tidak bisa terbendung lagi. Menjamurnya youtuber baru dengan beragam konten sudah pasti memberikan banyak pilihan. Namun, lagi-lagi, kita sebagai penikmat tayangan di youtube dituntut untuk bijak juga, ya. Kita harus pinter-pinter bersikap dan memilih apa yang sesuai untuk kita.

Nah, kali ini saya ingin memberikan pandangan tentang apa yang saya rasakan ketika melihat konten yang rutin ditayangkan oleh salah satu tokoh masyarakat Indonesia. Ya, Gita Wirjawan. Beliau adalah mantan Menteri Perdagangan di era kepemimpinan Presiden SBY.

Dan di era pandemi ini, beliau turut aktif berkontribusi dalam memberikan tayangan yang menarik. Dan buat saya pribadi, sangat menarik. 

Endgame, namanya.

Suatu acara bincang-bincang dimana Pak Gita sebagai host utama yang mengundang narasumber untuk diajak ngobrol. Menurut saya, sebagai orang yang suka mendengarkan orang ngobrol, Pak Gita piawai sekali ngajak ngorol tamunya sehingga menghadirkan pembicaraan yang tidak biasa. Referensi acara ngobrol yang saya suka memang tidak banyak. Dan Endgame ini salah satunya. 

Nah, lalu mengapa saya bilang saya banyak belajar parenting dari Endgame ini, karena setelah hampir setahun ini saya mengikuti wawancara beliau dengan narasumber-narasumbernya, saya perhatikan ada pertanyaan-pertanyaan khusus yang selalu beliau tanya.

 "Coba cerita deh, bagaimana masa kecil Anda."

Menurut saya, ini pembukaan yang  banget buat saya. Dan konsisten ditanyakan kepada setiap tamu yang hadir. Saya sebagai orang yang tertarik urusan manusia (bukan kepo), selalu melihat manusia itu makhluk ciptaan Allah yang luar biasa. Ciptaannya aja luar biasa ya, apalagi yang menciptakan yah. Dan saya merasa banyak sekali yang Allah ingin sampaikan melalui keragaman manusia ini.

Dari sesi ini aja, saya suka banget mendengar bagaimana pola asuh keluarga dari tiap tamu. Sebagai informasi, narasumber yang dihadirkan adalah orang yang tentu saja sudah "jadi" dan mumpuni dibidangnya masing-masing. Jadi buat saya, tentu saja melihat bagaimana narasumber dibesarkan dalam keluarganya dari kecil, sangat membuka mata saya. Ada beberapa poin yang ingin saya share disini. Sekaligus pengingat bagi saya dan mungkin bagi Anda yang membaca.

- Narasumber tidak selalu berasal dari keluarga yang harmonis. Ada yang orangtuanya berpisah, ada yang salah satu orang tua meninggal ketika kecil. 

- Ketika orang tua lengkap, maka peran ayah dan ibu biasanya seimbang. Ada yang keras, namun ada yang pelan.

- Ada yang orang tuanya secara tegas menekankan, kamu bisa jadi apa saja, but make sure, you must do your best. 

- Pentingnya lingkungan keluarga / orang terdekat yang mensupport. 

Saya sering banget denger tentang hal ini, tapi saya baru tahu kalau Dewi "Dee" Lestari sang penulis novel ternyata ketika kecil sering banget menulis cerita dan ditempelkan di dinding rumahnya. Dan saudara-saudaranya jadi para pembacanya. Menulis sudah jadi kebiasaan dari kecil rupanya.

Saya juga baru tahu, Tompi sang musisi yang juga dokter sama sekali ga pernah belajar musik dari kecil, tapi suka baca puisi. Namun sering mendengar ibunya menyanyi ketika menari Saman ketika ia kecil. Dan salah satu cara beliau belajar ilmu kedokteran melalui gambar yang ia ciptakan sendiri. Lebih menarik buat seorang Tompi memahami cara kerja tubuh manusia.

Ada juga Alamanda pendiri sekolah coding Binar yang sering banget disuguhi soal-soal Matematika oleh ayahnya sejak umur 4 tahun. 

Ada Ibu Noni CEO Blue Bird Taxi yang memulai perusahaan menyewakan mobil dari neneknya, mengungkapkan bahwa value yang diterima ketika ia kecil adalah respect everyone. Dia biasa makan dengan supir-supir yang dikelola oleh neneknya, sehingga hal ini terbawa ketika kini ia mengelola para supir taksi Blue Bird yang terkenal sopan-sopan supirnya hingga kini. 

Ada mba Nita, pendiri Kaya.id, yang menjembatani UKM-UKM di Indonesia agar barangnya lebih laku dan diterima pasar dengan ilmu re-branding yang dimilik mba Nita.. Waktu kecil katanya sering banget dapet pesen dari ibunya agar berbuat baik kepada orang lain. Help others no matter what. 

Dan lain-lain.

Ternyata value yang didapat dari kecil sangat mempengaruhi kehidupan para narasumber di kemudian hari. Dan, buat saya ini menarik banget.

Pak Gita dan "wawasan"-nya

Kalau diperhatikan, di setiap sesi wawancara yang diadakan beliau, selalu terselip satu buku, yang sekiranya berhubungan dengan narasumber atau topik yang berkaitan erat dengan narasumber. Posisinya jelas terlihat, tapi agak "blur" penampakannya. Entah apa maksudnya, tapi pesannya jelas, Pak Gita adalah orang yang suka membaca dan wawasan beliau luar biasa. Dari narasumber atlet, pebisnis, penulis, ilmuwan, dokter, musisi, seniman, pendiri start-up sampai ustad, pernah beliau undang menjadi tamunya.

Dan beliau seakan tidak pernah mati gaya, materi pembicaraan selalu "nyambung" dan pertanyaan beliau kepada narasumber selalu membuka wawasan. Asyik. Saya pribadi, walau tidak selalu paham, tapi masyaAllah, selalu ada pelajaran yang bisa dibawa dari percakapan Pak Gita dengan tamu-tamunya.


Bagaimana Indonesia di tahun 2045 ?

"Berapa Nobel yang sudah didapatkan?"

"Berapa Presiden perempuan yang ada di Indonesia?"

"Rekayasa genetika menurut Anda bagaimana ?"

Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, terlihat sekali optimisme Pak Gita Wirjawan akan majunya Indonesia suatu saat nanti. Mungkin Pak Gita tak sadar, percakapan beliau dengan para narasumber sedikit banyak membuka optimisme para penonton End Game pula. Banyak hal yang tidak diketahui publik, terungkap di End Game ini. Bagi saya pribadi sebagai orang yang tertarik di bidang parenting dan dinamika manusia, cara Pak Gita meramu pembicaraan dari menanyakan masa kecil, bagaimana menentukan minat, pola asuh orang tua sampai akhirnya si narasumber menemukan "jati dirinya". 

Bagi saya, tontonan ini bukan sekedar teori parenting, namun juga melihat hasil dari praktek pola asuh yang nyata. Saya belajar bagaimana seseorang dibesarkan dan value apa yang dipegang narasumber dalam hidupnya. Dan, sudut pandang yang saya angkat disini, lagi-lagi betapa beraneka ragam cara membesarkan seorang anak. Menambah wawasan bagaimana cara membesarkan anak.

Beberapa poin yang saya bisa ambil benang merahnya dan tentu jadi bahan refleksi pribadi:

1. Mempercayai anak itu penting dan membuat anak agar percaya dengan dirinya juga tak kalah pentingnya.

2. Kesalahan itu hal biasa, tidak sesuai rencana itu pasti kadang-kadang terjadi. Tapi agar bisa bangkit dari kesalahan/kegagalan itu adalah kekuatan manusia yang harus disyukuri dan dilatih.

3. Mencari terobosan dan mencari jalan keluar atas tantangan yang dihadapi adalah berkah untuk tumbuh menjadi manusia tangguh. So, jangan pernah takut untuk mencari jalan keluar. 

4. Minat manusia sejatinya bisa berubah, namun kadang pengalaman hidup akan membawanya menentukan kemana ia akan berlabuh. It takes time. Sabar aja, let it flow.



Well, itu dulu yang bisa saya share tentang End Game ini. 

Thank you Pak Gita!




Salam,

A.N.Y









You Might Also Like

0 komentar